top of page
Search
  • gerejapuriindah

WORTHY

Updated: Nov 27, 2023

by: Benny Siowardjaja.



Kejatuhan manusia pertama Adam dan Hawa ke dalam dosa seperti yang ditulis dalam kitab Kejadian pasal 3, membawa dampak yang luar biasa terhadap perkembangan manusia dan bumi di kemudian harinya. Pada mulanya, Allah hendak hidup kekal bersama manusia di bumi yang diciptakannya, Allah hendak berkolaborasi dengan manusia dalam memenuhi bumi dan mengelola bumi ini, tetapi “tertunda” karena kejatuhan manusia ke dalam dosa. Allah sendiri memberikan dua panggilan yang sangat mulia kepada manusia, ciptaanNya yaitu panggilan untuk hidup berkeluarga dan berkomunitas, serta panggilan untuk bekerja (Kejadian 1:28). Supaya melalui hidup berkeluarga atau berkomunitas dan bekerja, manusia dapat berkembang dan berprogresif mencapai maksud Allah yaitu menjadi serupa dengan gambar diri Allah.

Dosa membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23), Allah mengusir manusia keluar dari taman Eden dan Allah mengutuk manusia dan bumi ini, sehingga rancangan semula Allah “tertunda” dan tidak dapat dilanjutkan yaitu hidup berkolaborasi dengan manusia secara kekal. Sejak saat itu manusia yang semula hidupnya kekal menjadi tidak kekal: dibatasi oleh usia, serta manusia mengalami keterpisahan dari Allah karena dosa. Dalam perkembangannya manusia menjadi bertambah jahat dan bertambah bejad walau masih ada orang-orang yang dicatat di dalam Alkitab memiliki moral yang baik (Henok, Abraham, Nuh, dan lainnya), namun secara umum manusia menjadi bertambah jahat dan manusia menjadi tidak layak di hadapan Allah. Untuk waktu yang panjang rancangan semula Allah terhadap manusia dan bumi ini “tertunda” karena dosa.

Allah melihat manusia tidak mampu mencapai diriNya dalam keadaan ini, maka Allah mengutus Putera TunggalNya untuk turun ke dunia ini memulihkan hubungan manusia dengan diriNya, hanya Tuhan Yesus yang bisa melakukan pemulihan ini. Kedatangan Tuhan Yesus di atas muka bumi ini sebenarnya hendak membuat umat manusia menjadi kembali layak di hadapan Allah. Tuhan Yesus bersedia menjadi manusia bahkan diriNya direndahkan, dihina, disiksa, dibunuh, dan mati di atas kayu salib demi mengemban tugas mulia dari Allah Bapa yaitu memulihkan hubungan manusia dengan Allah yang rusak karena dosa. Tanpa pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib tidak ada manusia yang layak dan berkenan di hadapan Allah dan tentunya tidak dapat menggapai Allah, yang dalam bahasa lainnya adalah masuk neraka kekal.

Kedatangan Tuhan Yesus di atas muka bumi 2000 tahun yang lalu, yang kini kita rayakan dalam peristiwa Natal adalah untuk menjadikan manusia kembali layak dan berkenan di hadapan Allah, Ia menebus dosa manusia dari kuasa iblis, inilan yang dimaksud dengan keselamatan. Jadi keselamatan tidak sekedar bicara tentang terhindar dari api kekal dan boleh masuk dalam kemuliaan kekal, namun dalam arti lebih luas keselamatan merupakan suatu karya Allah melalui Putera TunggalNya untuk melayakkan kembali manusia di hadapanNya, untuk mengembalikan manusia pada rancanganNya semula yaitu hidup kekal (suatu hari ketika manusia menutup mata jasmani di bumi ini) yang dalam bahasa awam disebut sebagai masuk surga.

Kedatangan Tuhan Yesus menjadikan manusia kembali berharga karena kemuliaan Allah yang hilang itu (Roma 3:23) diberikan kembali kepada manusia. Jadi, manusia berharga bukan karena faktor punya banyak harta, punya banyak gelar, terhormat, cantik, ganteng, dan lainnya yang bersifat sementara, walau hidup sukses merupakan suatu pencapaian yang tidak buruk, namun berharganya manusia adalah terletak pada kemuliaan Allah yang hilang karena dosa, diberikan kembali kepada manusia oleh karena meresponi karya keselamatan yang Tuhan Yesus telah kerjakan di atas kayu salib. Di mana manusia ditempatkan kembali (restore) pada posisinya semula untuk hidup kekal bersama Allah dalam rangka menjadi serupa dengan gambar diri Allah. Tanpa peristiwa “Natal” semua manusia tidak layak dan tidak memiliki kemampuan untuk mencapai Allah yang kudus.

Betapa berharganya durasi hidup orang percaya selama di bumi ini, sebab orang percaya sedang mempersiapkan diri dan dipersiapkan untuk masuk dalam kehidupan sesungguhnya yang dirancang oleh Allah sendiri. Lagi-lagi akibat dosa, Allah mengutuk bumi ini, bumi yang diciptakan oleh Allah sendiri dan bumi yang Allah sendiri katakan “sungguh amat baik” telah dikutuk oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, sehingga sejak saat itu bumi ini tidak lagi menjadi bumi yang “sungguh amat baik”. Maka Allah mencipta ulang bumi yang baru langit yang baru (2 Petrus 3:13, Wahyu 21:1) bagi orang percaya, dan Allah ingin orang percaya hidup secara kekal di sana.

Sebelum dapat masuk ke langit yang baru dan bumi yang baru itu, manusia harus meresponi karya keselamatan dalam Tuhan Yesus, dan mutlak harus hidup seperti Tuhan Yesus hidup ketika Ia menjadi manusia, inilah kabar gembira bagi manusia! Bahwa manusia yang telah tidak layak, kembali dilayakkan dan manusia boleh bertumbuh menjadi serupa dengan gambar diri Allah, sesungguhnya inilah pemulihan gambar diri manusia yang rusak karena dosa itu. Singkatnya, umur hidup manusia di dunia ini haruslah dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mengenal Dia dan kehendakNya, lalu berusaha hidup seperti Dia hidup, dan menolong sesama untuk dapat menikmati berkat kekal ini agar semakin banyak orang di dunia ini dikembalikan kepada rancangan Allah semula. Maka dalam hal ini, membaca Alkitab, mengerti Alkitab, dan hidup dalam kebenaran Alkitab haruslah menjadi kebutuhan dasar orang percaya, karena untuk dapat meneladani hidup Tuhan Yesus hanya dapat ditemukan di dalam Alkitab.

Dalam nats Injil Yohanes 8:31-34 Tuhan Yesus secara tegas berkata bahwa ketika orang yang telah percaya kepada diriNya, ketika orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan yang dikerjakanNya di atas kayu salib, bagi orang Kristen yang telah ditebus dari kuasa gelap (bagi orang percaya masa kini), namun hidup sehari-harinya kembali berbuat dosa, maka ia disebut hamba bagi dosa. Hamba adalah orang yang dipekerjakan oleh seorang majikan untuk melakukan pekerjaan kasar, seorang hamba tidak mungkin lebih tinggi daripada tuannya, maka sebenarnya posisi hamba adalah posisi rendah. Bisa dibayangkan orang Kristen yang hidup sehari-harinya berbuat dosa, maka ia dikatakan sebagai orang yang melakukan kehendak tuannya yang sebenarnya adalah oknum yang paling rendan (dosa, iblis adalah sang produsen dosa), dengan kata lain bila orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan dalam Tuhan Yesus lalu hidup sehari-harinya kembali berbuat dosa, maka posisinya akan sangat rendah, bahkan lebih rendah dari pada iblis!

Dalam hal ini hanya Firman Tuhan yang dapat memerdekakan orang percaya dari perbudakan dosa, Yesus sendiri berkata “Jikalau kami tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kata “tetap” dalam firman-Ku (meno/Yun) yang berarti continue stay, tinggal terus-menerus, dalam terjemahan bebasnya berarti terus-menerus dan secara rutin membaca Alkitab dan juga hidup dalam kebenaran Alkitab itu. Inilah salah satu persyaratan untuk dididik menjadi murid oleh Tuhan Yesus yang tujuan lebih jauhnya adalah menjadikan manusia menjadi layak di hadapan Allah, dan layak masuk dan hidup kekal bersama Allah di langit yang baru dan bumi yang baru.

Jadi, belajar firman Tuhan, dan hidup di dalam kebenaran firman Tuhan menjadi suatu kemutlakan dalam hidup orang percaya bahkan harus menjadi gaya hidup orang percaya, secara komunal Tuhan Yesus telah melayakkan manusia di hadapan Bapa oleh karena kematian dan kebangkitanNya dari kayu salib, namun secara pribadi lepas pribadi ada respon dan tanggung jawab yang harus terus dikerjakan selama orang percaya masih hidup di dunia ini. Inilah yang dimaksud oleh rasul Paulus agar orang percaya terus mengerjakan keselamatan (Filipi 2:12).

Melalui momentun perayaan Natal kali ini, mari kita bangkitkan kembali kesuaman hidup kekristenan yang mungkin kita alami selama ini, mari kita sadari bahwa kita telah dilayakkan oleh Tuhan Yesus, kita telah diperdamaikan oleh Tuhan Yesus memalui karya keselamatan yang Ia sendiri kerjakan di atas kayu salib. Mari kita bergiat, begairah, bersemangat untuk mengerjakan keselamatan yang sudah kita peroleh agar kita menjadi umat yang siap menyongsong bumi yang baru dan langit yang baru dan layak hidup dalam kemuliaan abadi bersaya Allah.

10 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page