Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk bercakap dengan dirinya sendiri. Percakapan yang seseorang lakukan dengan diri sendiri terkadang mengandung kata-kata negatif. Ini adalah hal alami yang sesungguhnya bermanfaat untuk melindungi diri dari bahaya atau ancaman, dan bahkan dapat membantu untuk mengambil keputusan. Pikiran negatif yang diseimbangkan secara sehat dengan pikiran positif dapat menciptakan pandangan yang realistis terhadap kehidupan dan masalah kita. Namun, ketika pikiran negatif ini mulai mengganggu dan merugikan kehidupan kita atau hubungan kita dengan orang lain, mengakibatkan overthinking dan kecemasan yang tidak sehat, maka kita perlu berpikir kritis dengan cara menantang pikiran negatif yang kita miliki.
Nah, bagaimana cara kita menantang pikiran negatif? Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mengenal pikiran negatif yang kita miliki. Ada banyak tipe pikiran negatif. Kali ini kita akan membahas beberapa tipe pikiran negatif yang paling umum, dan apa yang bisa dilakukan untuk menantangnya.
Overgeneralisasi
Menggeneralisasikan satu peristiwa buruk yang kita alami dan mengaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang lain. Perhatikan kata-kata ‘selalu’, ‘tidak pernah’, ‘semua’, dan kecenderungan untuk melebih-lebihkan.
Contoh: “Hal ini selalu terjadi kepada Saya”, “Saya akan selalu sendirian”, “Semua pria pasti buaya”.
Cara menantang pikiran: “Apakah benar hal ini selalu terjadi pada Saya?”, “Apakah benar Saya akan selalu sendirian, padahal Saya tidak tahu masa depan Saya”, “Apakah benar semua pria itu buaya, padahal ayah Saya bukan?”
Mind-reading
Berasumsi tentang apa yang orang lain pikirkan, atau menyimpulkan bahwa orang lain sedang men-judging kita secara negatif.
Contoh: “Kamu pasti berpikir Saya orang yang malas”, “Dia pasti sedang membicarakan Saya”, “Dia sepertinya marah atau tidak suka dengan Saya”.
Cara menantang pikiran: “Apakah asumsi Saya ini realistis bahwa dia sedang membicarakan Saya?”, “Adakah kemungkinan lain? Mungkin orang tersebut sedang mengalami hari yang buruk”, “Saya tidak yakin benar apakah orang itu berpikir negatif tentang Saya”.
All-or-nothing
Berpikir secara keseluruhan atau tidak sama sekali.
Contoh: “Saya sudah makan kue, sudahlah, diet saya gagal”, “Kalau nilainya biasa-biasa saja, sudahlah, tidak usah belajar”, “Kalau tidak bisa memperbaiki masalah ini, lebih baik Saya tidak perlu mencobanya.”
Cara menantang pikira: “Apakah ekspektasi Saya realistis perihal cara Saya diet ini?”, “Apakah Saya terlalu keras terhadap diri sendiri atau orang lain?”, “Apakah ada hal positif atau progress yang tidak Saya sadari?”, “Apakah Saya terlalu perfeksionis?”
Pikiran Bencana
Membenarkan ketakutan kita atau mengasumsikan bahwa prediksi kita adalah fakta. Skenario yang terburuk adalah hal yang paling mungkin terjadi.
Contoh: “Saya tidak akan bisa sukses seumur hidup Saya karena melihat keluarga Saya gagal.”
Cara menantang pikiran: “Tidak semua hal berakhir dengan bencana”, “Banyak pilihan atau hal yang bisa Saya lakukan untuk mengubah atau meningkatkan kehidupan Saya”, “Saya melihat orang lain dengan pengalaman yang sama bisa berhasil”.
Emotional reasoning.
Memandang perasaan sebagai realita.
Contoh: “Saya orang yang bodoh”, “Saya orang yang awkward/canggung”, “Saya orang yang tidak mampu beradaptasi di lingkungan sosial”.
Cara menantang pikiran: Ingat bahwa perasaan tidak mendefinisikan realita yang sesungguhnya. “Saya hanya merasa bodoh dalam hal ini, tidak berarti Saya orang yang bodoh dalam segala hal”, “Saya merasa cemas, tidak berarti saya orang yang awkward”, “Saya berada di lingkungan yang baru, dan alami bagi seseorang untuk merasa canggung dalam membangun relasi yang baru di lingkungan yang baru.”
Kesimpulan, pikiran negatif tidak selalu berdampak negatif, asalkan kita dapat secara sehat menyeimbangkannya dengan pikiran positif. Namun, pikiran negatif yang mengganggu dapat kita tantang secara realistis dan kritis. Jika memungkinkan, libatkanlah orang lain dan lingkungan yang positif untuk memberikan perspektif yang berbeda.
Comments