top of page
Search
gerejapuriindah

Membangun “Stroberi” Yang Tangguh

Stroberi merupakan buah yang terlihat segar, manis, dan eksotis sehingga membuat orang tertarik untuk memakannya. Namun, buah stroberi juga pada umumnya memiliki tekstur yang lembek, rapuh dan oleh karena itu memerlukan perawatan yang cukup berhati-hati agar bisa bertumbuh dengan baik dan prima. Karakteristik tersebut kerap kali disematkan pada generasi muda yang lahir di jangka tahun 1997-2012 yakni generasi Z. Meskipun sering kali julukan strawberry generation digemakan dengan asosiasi yang cenderung negatif, sesungguhnya ada dua sisi koin yang perlu diketahui pembaca. Sisi koin pertama berfokus pada karakteristik generasi Z yang cenderung rapuh ketika menghadapi tekanan, menghindar dari sumber masalah, dan memiliki ekspektasi yang kurang realistis. Sisi koin kedua, yang merupakan sisi positif dari generasi Z adalah generasi Z rupanya dikenal sebagai generasi yang seharusnya menjadi angkatan yang paling teredukasi dibandingkan generasi selanjutnya. Opini tersebut berangkat dari sangat mahirnya generasi Z dalam beradaptasi terhadap teknologi, serta menggunakannya sebagai sumber informasi atau untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Generasi Z juga adalah generasi yang kritis dan berani mengutarakan opini ketika mereka memilikinya. Mereka tidak takut mempertanyakan tujuan atau alasan suatu pernyataan ketika merasa ada yang perlu dipertanyakan. Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang “mencari lebih dari uang” dalam perihal karier. Bagi generasi Z, karier bukan hanya soal uang tetapi juga bagaimana individu dapat mempertajam minat dan bakatnya, serta menggunakannya untuk berkontribusi terhadap lingkungan.


Amsal 22:6 mengatakan didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.

Berdasarkan ayat ini, penting sekali bagi lini generasi di atas generasi Z untuk mengantar generasi Z menurut jalan yang sesuai dengan Firman. Meskipun demikian, tentu pendekatan yang diberikan untuk generasi Z perlu disesuaikan dengan karakteristik-karakteristik mereka, agar bisa menanggapi dengan baik. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:


  1. Tujuan mendahului ketaatan. Generasi Z adalah generasi yang perlu tahu tujuan dan maksud dari diberikannya sebuah instruksi atau arahan. Oleh sebab itu, penting agar generasi Z diberi tahu juga alasan instruksi sebelum mereka mau taat. Generasi Z juga perlu belajar untuk lebih memercayai instruksi yang diberikan. Meskipun generasi Z adalah generasi yang sangat memiliki banyak sumber informasi, hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa generasi sebelumnya memiliki lebih banyak pengalaman hidup. Oleh sebab itu, penting untuk generasi Z belajar menjadi pendengar yang baik dan hormati pengalaman mereka. 

  2. Pengakuan mengikuti ketaatan. Generasi Z adalah generasi yang cenderung bergerak ketika memperoleh pengakuan. Berikan pengakuan pada generasi Z ketika mereka sudah berhasil mengikuti instruksi atau melakukan suatu hal yang baik. Pengakuan-pengakuan sederhana seperti ucapan terima kasih sudah membantu saya, terima kasih sudah berusaha mengikuti, terima kasih sudah belajar memahami... dan frasa-frasa pengakuan lainnya dapat memotivasi generasi Z untuk mengulangi hal baik tersebut secara mandiri setelah sering kali memperoleh pengakuan tersebut. Generasi Z juga perlu belajar melakukan yang sama terhadap generasi seniornya. Perlu diingat oleh generasi Z bahwa mereka tidak akan ada tanpa usaha dan investasi dari generasi pendahulu mereka. Oleh sebab itu, tunjukkanlah rasa ucapan syukur pada generasi senior untuk segala usaha, pengorbanan, dan dasar-dasar yang sudah mereka taruh. 

  3. Memilah ketika menjelajah. Generasi Z adalah generasi yang sangat mahir mencari informasi lewat internet. Meski begitu, penting untuk diketahui bahwa tidak semua informasi di internet bersifat membangun. Ada yang membuat kebingungan dan bahkan ada yang dengan jelas menentang Firman Tuhan. Pastikan generasi Z diperlengkapi dengan kesadaran untuk memilah setiap informasi yang mereka temukan agar terhindar dari menganut paham-paham yang tidak alkitabiah. Generasi Z juga perlu belajar untuk bertanya pada generasi yang lebih bijaksana agar tidak salah menyerap informasi dari sumber yang begitu luas. 

  4. Mentalitas yang berkualitas. Generasi Z adalah generasi yang sangat awas terhadap isu kesehatan mental. Apabila tidak termonitor dengan hati-hati, kecenderungan self-labeling dapat muncul, yaitu ketika individu menganggap dirinya memiliki gangguan mental (e.g. Bipolar, ADHD, Depresi, dll.) tanpa adanya diagnosa resmi dan hanya bermodalkan informasi dari internet. Oleh sebab itu, penting agar generasi Z mempelajari pengetahuan yang benar tentang kesehatan mental (sesuai poin 3) dan kemampuan regulasi emosi yang memadai agar generasi Z dapat secara mandiri menjaga kesehatan mentalnya, dan tidak langsung mengkotak-kotakkan dirinya dalam diagnosa yang belum tentu benar. 

  5. Menjalankan yang dikatakan. Generasi Z cenderung sulit mengikuti suatu instruksi atau peraturan bila tidak ada yang menjadi contoh baginya. Oleh sebab itu, penting untuk mereka melihat terlebih dahulu bagaimana cara melakukan suatu instruksi, serta keuntungan apa yang diperoleh dari mengikuti instruksi tersebut. Semakin banyak contoh yang generasi Z lihat dalam keseharian dan lingkungannya, semakin termotivasi ia untuk mengikuti perilaku tersebut. Generasi Z juga perlu belajar lebih merendahkan hati untuk mengerti bahwa instruksi atau peraturan yang diberikan adalah untuk kebaikan mereka dan mengerti bahwa generasi senior memiliki lingkup perspektif yang lebih luas daripada generasi Z.

10 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page